Selasa, 11 September 2012

Mentolerir Kekasih yang Mengidap Masochism dan Sadism?

Kamu punya pacar yang suka memukul ketika kalian bertengkar? Punya kekasih yang selalu menyakiti dirinya sendiri untuk menunjukan padamu dia benar-benar terluka? Berhati-hatilah, mungkin saja dia mengidap penyakit psikologis bernama masochism dan sadism.
Masochism dan sadism sendiri berbeda definisi. Masochism adalah penyakit psikologis yang berwujud pada rasa menikmati kesedihan dan luka. Memang, perasaan sedih kadang bersifat abstrak dan membingungkan. Dalam perasaan galau atau sedih, perasaan itu bisa jauh menguasai diri seseorang daripada perasaan bahagia. Keadaan tersebut menyebabkan seseorang ingin memukul dinding, menggebrak meja, atau curhat ke orang untuk menyakinkan pada mereka bahwa dirinya benar-benar terluka dan merasakan sakit. Setiap orang punya sifat masochism, namun yang membedakan adalah tingkat pengendalian diri mereka saat sedang emosi.
Pernah curhat saat patah hati sampai menangis dengan air mata deras? Pernah meninju dinding hingga tangan cenat-cenut? Pernah menggebrak meja ketika kamu merasa marah dan terluka? Manusiawi. Normal. Setiap orang pasti pernah melakukan hal tersebut, ternyata setiap orang memiliki sifat masochism. Bagian yang abnormal adalah saat sifat itu membuncah dengan liar dan si pengidap tak mampu mengendalikan emosinya. Masochism juga disebut Self-Harm Disorder yaitu tindakan seseorang untuk mewujudkan rasa sedihnya yang abstrak menjadi sesuatu yang terasa nyata. Lebih menyeramkannya lagi, jika penderita telah mengalami masochism yang parah. Dia rela menyiksa dirinya sendiri dengan cara memukul dan menjedut-jedutkan kepalanya di dinding. Kalau kekasihmu bersikap seperti ini saat bertengkar, pikir dua kali untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Nah, sekarang mari kita membahas tentang sadism. Ini kebalikan dari masochism sendiri. Definisi sadism adalah penyakit psikologis yang berwujud pada rasa menikmati perlakuan sadisnya disaat menyiksa seseorang. Orang seperti ini akan tersenyum puas ketika melihat pasangannya berdarah dan merintih kesakitan, karena ia menikmati saat-saat ia menyiksa kekasihnya. Menyeramkan bukan?
Seberapapun menakutkannya masochism dan sadism tetap saja penyakit psikologis ini dapat disembuhkan. Beberapa cara menyembuhkannya yaitu dengan Terapi psikoanalitik, Teknik Behavioral, Penanganan Kognitif, Penanganan Biologis, dan Usaha Hukum.
Mungkin, beberapa di antara kalian yang membaca ini mempunyai kekasih yang memiliki sifat di atas. Saran saya, untuk menghadapi dia, kamu harus cukup kuat. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan olehmu, salah satunya adalah memberi dia kesempatan untuk berubah.
Seburuk apapun sifat dan sikap seseorang, tetap akan mampu diubah jika dia juga ingin berubah ke arah yang lebih baik. Semua juga ada di tanganmu, dia butuh uluran tanganmu dan perhatianmu agar perasaannya benar-benar pulih.
Pengidap masochism dan sadism harusnya tidak dijauhi, jika kau mencintainya dan berniat mengubah sikapnya, maka lakukan apapun untuk kebaikan kalian berdua. Kelainan psikologis tersebut bisa saja membuat dia dijauhi oleh lingkungan sekitar, padahal mereka yang “sakit” hanya butuh untuk disembuhkan, bukan dijauhi.
Tapi, kalau kamu tidak cukup tegar untuk menghadapi dia, semua juga ada di tanganmu. Tergantung dalam pilihanmu juga tergantung pada kelapangan hatinya. Kamu tak harus memaksakan dirimu untuk terus bersama dia, jika sebenarnya kamu juga turut terluka. Lebih baik tak bersama jika saat bersama kalian malah saling menyakiti satu sama lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar