Jarak sejauh ini tak mampu membuat kita berbuat dan bergerak lebih banyak. Seakan-akan aku dan
kamu tidak mempunyai ruang untuk saling bersentuhan juga saling menatap. Rasanya
menyakitkan jika keterbatasanku dan keterbatasanmu menjadi penyebab kita tak
banyak tahu dan tak banyak bertemu. Setiap hari, kita menahan rindu yang
semakin menggebu dan mendera. Inikah cara cinta menyiksa? Melalui jarak ratusan
kilometer?
Aku menghela napas, membayangkan jika kamu bisa terus berada
disampingku dan merasakan yang juga kurasakan. Maka mungkin tak akan ada air
mata ketika hanya tulisan dan suara yang bisa menguatkan kita. Maka tentu saja
tidak akan ada ucapan rindu berkali-kali yang terlontar dari bibir kita, ketika
perasaan itu semakin membabibuta.
Apakah yang kita pertahankan selama ini? Apakah yang kita andalkan
sejauh ini? Sekuat apakah perasaan cinta kita? Menahan dan mempertahankan, dan
kadangkala memicu pertengkaran. Tapi.... itulah manisnya jarak, ia membuat kita
saling menyadari, tak ada cinta tanpa luka, tak ada cinta tanpa rindu.
Sayang, apalah arti ratusan kilometer jika kita masih mengeja nama
yang sama? Apakah arti jauhnya jarak jika aku dan kamu masih sangat mungkin
mempertahankan semuanya? Kita jarang saling bergenggam tangan, jarang sekali
berpelukan dan sangat jarang saling berpandangan. Namun, percayalah sayang, tak
saling bersentuhan bukan berarti cinta kita punya banyak kekurangan.
Apa yang kucari dan apa
yang kamu cari? Tak ada, kita masih meraba-raba apa itu cinta dan bagaimana
kekuatan itu membuat kita bertahan. Rasa cemburu, rasa ragu, dan juga rasa
rindu sebenarnya hanya pemanis. Tidak ada hal yang sangat berat, jika kita melalui berdua melewatinya bersama.
Selama bulan yang kita
lihat masih sama, selama sinar matahari yang menyengat kulit kita masih sama
hangatnya, maka pertemuanku dan kamu masih akan tetap terjadi.
Jarak hanyalah sekedar
angka, jika kita masih memperjuangkan cinta yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar